Jumat, 16 Oktober 2009

Sebuah Film Dilihat Dari Sisi Manajemen Stratejik



Resensi
Saya posting tulisan ini karena tergoda oleh cerita2 dari senior saya (Derry, Randy dkk), jadi mereka dikasih tugas Manajemen stratejik sama dosen yang sebenernya favorit saya tapi sayangnya belum pernah ngajar saya sampe sekarang. Tugasnya asik kalo kata saya, meskipun kedengeran ga relevan tapi asik. Mungkin orang awam bertanya-tanya apa hubungannya film perang sama pelajaran manajemen, sebenernya bisa ditebak sih, dari segi strateginya, tapi ternyata lebih dari itu loh. Oke, kita mulai aja!
Filmnya Judulnya A Bridge Too Far, bikinan tahun 1977, sebenernya film ini diangkat dari Novelnya Cornelius Ryan dengan judul sama.
Film itu berlatar perang dunia 2, mengambil tempat di Belanda pada tahun 1944. Ceritanya, musim panas 1944 itu, angin Perang Dunia 2 sudah berubah arah, Jerman sebagai aggressor di Eropa sudah keteteran, apalagi setelah Tentara Sekutu mendarat di Normandia, 6 Juni 1944, kurang lebih 2 bulan seluruh Perancis dibebaskan dari penjajahan Nazi Jerman, tentara Sekutu (Ingris, Amerika, Kanada dkk) pun terus menerjang ke Belgia, dan perbatasan Jerman. Tapi Jerman masih kuat, dan peperangan dikhawatirkan akan berlangsung lama. Apalagi Sekutu mulai kesulitan mengirim perbekalannya yang masih harus dikirim dari pantai Normandia melintasi Prancis.
Oleh karena itulah Komando Tinggi Tentara Sekutu merancang sebuah “strategic gambling”, sebuah rencana invasi ke tanah Jerman yang dinamakan Operation Market Garden. Rencananya adalah menurunkan Pasukan Lintas Udara dengan paying di 3 kota di Belanda yang saat itu masih diduduki Jerman yaitu Eindhoven, Nijmegen dan Arnhem untuk merebut objek transportasi vital berupa Jembatan menuju pusat Industri Jerman di Lembah Ruhr, setelah pasukan terjun paying itu mengusai jembatan-jembatan, tentara sekutu dengan ujung tombak Korps ke 30 Inggris akan menyusul menyerang melewati jalan yang dilalui jembatan-jembatan itu dan bisa langsung masuk ke Ruhr, kalau pusat industrinya diduduki, Jerman tidak akan bisa apa2 lagi, begitu pikir para petinggi tentara Sekutu.
Maka disusunlah rencana matang. 3 Divisi Pasukan elit Lintas udara sekutu disiapkan. 101st US Airborne Division akan diturunkan untuk merebut jembatan-jembatan di kota Eindhoven, 82nd US Airborne Division di sekitar Grave dan Nijmegen, dan titik terjauh adalah jatah 1st British Airborne yang akan diperkuat 1 Brigade pasukan Polandia. Korps ke 30 Inggis disiapkan untuk menerjang dari perbatasan Belgia. Selain itu didapat pula informasi dari Intelijen bahwa Pertahanan Jerman di Arnhem yang akan didarati pasukan Inggis lemah. Tapi ternyata hal ini salah dan ada pengabaian data intelijen yang menyebutkan ada pasukan Tank Jerman di kota itu, hal ini yang kelak membawa malapetaka bagi pasukan Inggris.
Bagi pihak sekutu, waktu adalah hal yang vital dalam operasi ini, pasukan tank dari Korps ke 30 harus cepat-cepat melaju ke Eindhoven, menuju Nijmegen dan terakhir paling jauh ke Arnhem untuk membantu pasukan lintas udara mempertahankan jembatan dan melanjutkan serangan menuju Jerman. Kalau gagal atau terlalu lama maka bisa dipastikan pasukan lintas udara akan dihajar oleh pasukan Jerman yang persenjataanya lebih berat.
Singkat cerita, setelah perencanaan dalam waktu yang terhitung singkat untuk sebuah invasi besar-besaran seperti ini, akhirnya “Market Garden” dieksekusi tanggal 17 September 1944. Pada awalnya rencana itu sukses dan tentara Jerman kaget luar biasa menghadapi serangan itu, karena jumlah pesawat yang dikerahkan untuk mengangkut pasukan Lintas udara itu spektakuler sekali, sampai ribuan pesawat. Jerman terkejut dan tidak bisa mempertahankan jembatan2 yang diincar pasukan Lintas Udara sekutu, kecuali 1 buah Jembatan di Son, dekat Eindhoven berhasil diledakan Jerman sebelum pasukan Sekutu dari 101st Airborne berhasil merebutnya.
Tapi setelah itu terlihatlah sekentara-kentaranya kelemahan dari rencana dan persiapan Sekutu. Tentara Inggis yang ditugaskan merebut Jembatan Arnhem terputus komunikasinya, dan ternyata mereka mendarat di tengah-tengah 2 Divisi pasukan Panzer Jerman, dan ternyata pasukan Korps ke 30 yang diharapkan cepat menuju Arnhem pun terhambat lajunya, selain karena perlawanan Jerman di sepanjang jalan, juga karena sambutan berlebihan warga sipil Belanda yang menyambut para pembebasnya, dan yang membuat mereka terlambat berjam-jam dari jadwal adalah rusaknya jembatan di Son tadi. Juga ada 1 lagi kelemahan yang Nampak, karena jalur transportasi yang direbut hanya terdiri dari 1 jalan, maka tentara Jerman dari daerah yang tidak diserang dapat memotong jalan transportasi sekutu itu, yang oleh tentara Amerika dijuluki “Hell’s Highway”.
Saya tidak ingin berpanjang lebar membahas jalannya peperangan, cukuplah saya katakan bahwa setelah melalui pertempuran sengit dan penuh keberanian luar biasa yang terutama ditunjukan oleh tentara inggris, “Market Garden” akhirnya gagal. Karena 1st British Airborne yang medarat di Arnhem dihancurkan Jerman, dan Jerman berhasil menyetop serangan Korps ke 30 yang menuju kota itu.
Begitulah invasi besar tentara sekutu mangalami nasib tragis, ribuan tentaranya tewas dan ditawan Jerman. Cepat dan efektifnya reaksi tentara Jerman dalam menghadapi serangan ini luar biasa, tapi kekahalan Sekutu terutama karena masalah Stratejik dan pengabaian data-data Intelijen.
Hubungan Dengan Manajemen Stratejik
Dari cerita film A Bridge Too Far itu dapat ditarik kesimpulan yang terkait dengan pelajaran Manajemen Stratejik, yaitu:
Pengamatan Lingkungan
Pasukan Sekutu sebelum merencanakan “Market Garden” terlebih dulu mengamati lingkungan. Dan mereka menemukan bahwa ada ekses Jalan langsung ke Jerman melalui Jembatan Arnhem.
Formulasi Strategi
Setelah mengamati lingkungan dan menganalisanya maka Sekutu memformulasikan strategi dimulai dengan menetapkan :
Misi : Mengalahkan Jerman Nazi dalam Perang Dunia 2
Tujuan : Mengalahkan Jerman Nazi sebelum Natal tahun 1944, agar tidak lebih banyak lagi nyawa melayang
Sekutu sudah membuat strategi yang bagus karena telah mencakup syarat sebagai sebuah strategi bagus antara lain :
1.Arena
Sekutu sudah menetapkan daerah yang akan mereka masuki yaitu Belanda dan musuh seperti apa yang akan mereka hadapi (meskipun akhirnya salah perhitungan tentang kekuatan Jerman di Arnhem), dengan kata lain Sekutu telah mengidentifikasi medan perang terlebih dahulu.
2.Vehicle
Setelah menetapkan jalur invasi ke Jerman yang akan dilalui, selanjutnya Sekutu menggunakan pesawat terbang untuk menerjunkan pasukannya di daerah target dan menggunakan tank dari jalur darat untuk mendukung pasukan penerjun payung. Dan untuk hal ini sekutu sangat mumpuni, ribuan pesawat terbang berbagai jenis dikerahkan untuk mendukung jalannya operasi ini, demikian pula kendaraan tempur yang menyerang di darat.
3.Differentiation
Perbedaan Sekutu dengan Nazi adalah tujuannya, jika Nazi bertujuan untuk menguasai Eropa dan memberikan ruangan hidup ekstra bagi bangsa Jerman, sedangkan Sekutu bertujuan menghentikan invasi Nazi sehingga tentara Sekutu dapat diterima dengan baik oleh masyarakat setempat yang dilaluinya, dukungan tersebut dapat menambah semangat tentara Sekutu dalam mencapai tujuannya.
4.Staging
Untuk mencapai tujuannya di Arnhem Sekutu membagi kedalam tahapan-tahapan pelaksanaannya yaitu dengan cara menguasai jembatan di tiga kota yang dilakukan dengan cara menerjunkan pasukan penerjun payung terlebih dahulu untuk merebut jembatan di ketiga kota tersebut kemudian disusul oleh pasukan tank untuk mempertahankannya, sekutu juga memilih pasukan mana saja yang turun di kota-kota yang ditentukan, Eindhoven terlebih dahulu sukses dikuasai oleh 101st Airborne, kemudian Grave dan Nijmegen berikutnya oleh 82nd Airborne dan yang terakhir Arnhem. Di dalam penguasaan ketiga kota tersebut Sekutu menetapkan batas waktu selama 1 hari (24 jam) tetapi dalam kenyataannya operasi selesai dalam 9 hari, pada bulan September 1944.
5.Logic
Sebenarnya petinggi sekutu hanya mamiliki keyakinan bahwa sebenarnya hal yang paling mungkin adalah dapat menguasai Kota Nijmegen, tetapi sayangnya jenderal Montgomerry sebagai pemimpin tertinggi operasi invasi ini memutuskan merebut Arnhem yang terlalu jauh dan akhirnya menjadi judul film yang pas “A Bridge Too Far”

Implementasi Strategi

Setelah strategi dibuat maka strategi tersebut harus diimplementasikan di medan pertempuran yang sebenarnya, dilaksanakan tanggal 17 September 1944. Ternyata strategi yang telah dibuat Sekutu menemui banyak kendala seperti yang disebutkan diatas , mulai dari perlawanan sengit dari tentara Jerman sehingga mengakibatkan tentara Sekutu banyak yang tewas sampai dengan kendala komunikasi yang menyebabkan pengiriman logistik yang salah sasaran dan terlambatnya penyampaian informasi dari medan perang sehingga pimpinan pasukan Sekutu tidak beres koordinasinya dan mengakibatkan pasukan Inggris di Kota Arnhem menjadi bulan-bulanan tentara Jerman

Senin, 12 Oktober 2009

Reveille

Welcome Aboard

AHOY! I’m Jerry, this is my first Post

Sebenernya saya pernah 2 kali coba bikin blog sebelumnya, tapi ujung-ujungnya saya hapus juga, soalnya kayanya tulisannya sarkastis dan gak terarah. Mudah-mudahan blog ini bisa berfungsi sebagaimana mestinya, amin.

Well, let me introduce myself to you Guys! My name is Jerry, Jerry Wiradireja, I am 23 years old, I am 5 foot 10 inches tall, but have only 60Kg’s Weight. Hahaha. I live in Bandung, Indonesia, I am Indonesian, I am Sundanese. I am a wise and fair guy, I’ll tell you that, but I am hard..

Hmm, what else??

Hmmm, there’s several things that I’d like to share with you guys! Everybody’s dreamin’and has targets to achieve, ya semua orang bermimpi dan punya target untuk diraih, sebagian besar tentang masa depannya, saya pun demikian. Mimpi tentang masa depan yang lebih baik sering diawali pada masa kanak-kanak. Yah, saya bermimpi tentang masa depan yang lebih cerah sejak saya masih sangat kecil. I believe you people did the same thing. And you people know what? Aneh mungkin kedengarannya, tapi tidak seperti kebanyakan orang, mimpi saya berubah-rubah seiring bertambahnya umur, gak konstan seperti kebanyakan orang. Hmmm, saya sering denger cerita temen-temen yang dari umur sekian udah pengen kuliah di universitas ini atau kerja di instansi itu, kalau saya kayanya ga kaya gitu deh. Impian saya sekarang beda sama impian saya yang dulu-dulu.

Oke saya certain, dulu waktu umur saya entah 4 atau 5 tahun, entah karena kabanyakan nonton film perang atau apa cita-cita saya adalah jadi seorang tentara, atau pilot pesawat tempur, atau awak kapal perang, atau marinir, pokoknya tukang perang deh. Hahaha. It’s sounds funny and hard to remember now, but in that time I hope some day I will be a weapon, a minister of death, praying for war. Tapi seiring waktu berjalan cita-cita saya berubah. Saya jadi tahu kalau perang harus berdasarkan agama (itu yang menurut saya jarang terjadi dalam beberapa abad belakangan), saya juga jadi tahu kalau jadi tentara itu menderita, gajinya kecil dan tugasnya berat, kehidupannya pun sengsara, dan sama sekali tidak ada yang menyenangkan dari peperangan. Maka pada umur 8 atau 9 tahun cita-cita saya berubah, saya berharap untuk menjadi seorang sejarahwan, saya pun belajar dengan tekun untuk mewujudkannya, tapi lama kelamaan saya ilfil juga, karena saya jadi berpikir bahwa sejarahwan adalah orang yang kerjaannya terus menerus melihat kebelakang, memang benar sejarah adalah guru kehidupan, tetapi bukankah lebih baik kalau kita memandang kedepan dan mempelajari ilmu yang lebih berkaitan dengan masa depan, bukan? Maka pada umur 11 atau 12 itu cita-cita yang saya canangkan berubah lagi, saya ingin menjadi pembalap, mungkin karena waktu itu baru mulai akrab dengan kendaraan bermotor, saya pun menekuninya, tapi lama kelamaan cita-cita saya berganti lagi, karena saya sadar dan telah memperkirakan dengan baik sekali bahwa saat itu dan di masa depan untuk jangka waktu yang lama prospek masa depan pembalap di Indonesia masih suram. Maka pada saat awal-awal masuk SMA cita-cita saya berubah lagi, saya ingin jadi ilmuwan, fisikawan, ahli botani atau astronom, tapi tidak butuh waktu lama buat saya untuk sadar kalau saya tidak berbakat dalam ilmu pasti, dan yang jelas saya lebih suka ilmu social.

Pada akhir masa-masa sekolah itu saya masuk jurusan IPS (dengan amat sangat senang hati, tidak terpaksa seperti kebanyakan teman-teman), di sana saya mengakrabkan diri dengan sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi dan lain-lain. Pada 2004, saya akhirnya mengambil kuliah ekonomi, bidang keahlian perpajakan, di Unpad, Bandung. After Three years, I have achieved my diploma, and now, I walk in my own way to reach a title Bachelor of Economy.

Well, disinilah saya sekarang, saya mahasiswa akuntansi, dan saya senang bisa belajar di Fakultas Ekonomi,dan sekarang cita-cita saya sudah mantap dan Insya Allah tidak akan berubah-berubah lagi, target saya yang paling dekat selain menjadi Sarjana Ekonomi adalah saya ingin menjadi seorang CISA (Certified Information System Auditor)

Dari situ saya berharap bisa kerja di tempat basah dan mengumpulkan banyak uang untuk terbang ke tujuan selanjutnya. My next destination is University of Muenster, Germany. Saya pengen ngambil kuliah Magister Sistem Informasi di sana, dan saya akan mewujudkannya! Tidak ada tawar menawar lagi! Kalau ditanya soal cita-cita yang paling jauh saya pengen Punya perusahaan sendiri lah pastinya, kalo bisa segede Almarhum Enron. Hahaha.

Well, saya bangga jadi mahasiswa ekonomi, malahan cenderung fanatic sama ekonomi. You people know why? Yah, tau sendiri lah kalau ekonomi tuh peranannya vital banget dalam kehidupan manusia. Amat sangat vital. Pengaruhnya sangat terasa secara makro dan global.

Hmmm, kadang saya berpikir mengaitkan cita-cita saya yang paling pertama, kedua dengan cita-cita saya yang sekarang. Kalau dilihat dari kejadian dalam sejarah, misalnya dalam perang dunia 2, kalau saya pikir sih yang punya peran paling besar dalam mengalahkan Jerman dan Jepang bukan strategi Jenderal Eisenhower, bukan pula kecepatan pasukan Tank Jenderal Patton. Saya justru berpikir bahwa Kekuatan ekonomi sekutulah yang mengalahkan Negara-negara blok fasis. Saya berpikir bahwa yang membuat Amerika menang dan Jerman mati kutu adalah bahwa Boeing, Northrop, Grumman dan lain lain berproduksi jauh melebihi Junkers, Messerscmitt atau Heinkel, begitu juga General Motors jauh melebihi Krupp, IG Farben, Henschell atau Focke-Wulf. Yah, para ekonom berperut gendut di Washington DC dan London lah yang mengalahkan orang-orang berseragam di Berlin.

Well, saya pikir buat posting pertama cukup sekian, kita lanjut lagi ntar.

Once Again, Welcome Aboard